Kenangan
Terakhir
Matahari
pagi yang cerah menyelimuti Kota Banjarmasin, aroma tanah yang basah sangat
mudah dikenali semua orang tak terkecuali Fatimah , setitik embun pagi di
dedaunan membuat hati Fartimah semakin terasa damai. Di temani secangkir teh, Fatimah pun membaca bukunya yang baru saja Ia beli.
Ketika sedang
asyik membaca bukunya , telepon rumahnya berdering. ”Kring,,,,,kring…..” suara
telepon rumah Fatimah terdengar sangat nyaring.”Halo,Assalamu’alaikum?”ucap
Fatimah ketika mengangkat gagang teleponnya.”Wa’alaikumsalam, bisa bicara
dengan Fatimah?”jawab seseorang di ujung sana.”Iya, saya Fatimah.Dengan siapa
ini?”jawab Fatimah dengan lembut.”Fat, ini aku Zainab.”jawab teman Fatimah yang
bernama Zainab.”Oh… Kamu Nab, ada apa?”Tanya Fatimah.” Besok orang tua kamu
sudah ada di rumah belum?”Tanya Zainab.”Belum Nab, ada apa?”Tanya Fatimah
dengan penasaran. Memang Fatimah sering ditinggal kan kedua orang tuanya yang
sedang bekerja , jika kedua orang tuanya sedang tugas ke luar kota tinggalah
Fatimah di rumahnya sendirian.Karena Fatimah anak tuggal, jadi Ia sering
merasakan kesepian. Upz,,…Kita lanjut ke perbincangan Fatimah dan Zainab.”Besok
aku jemput kamu ya, saat mau berangkat sekolah”ajak Zainab sambil memberatkan
suaranya.”Em….Boleh deh, tapi jangan terlalu pagi ya!”jawab Fatimah
memperingatkan.”Oke deh bos….”jawab Zainab sambil tertawa kecil.”Wassalamu’alaikum”lanjut
Zainab kemudian.”Wa’alaikumsalam”jawab Fatimah dengan lembut.
Pada malam
harinya…. Fatimah sulit sekali untuk memejamkan matanya, hati kecilnya pun
terasa gelisah hingga akhirnya Fatimah pun memutuskan untuk mengambil air wudhu
dan membaca Al-Qur’an. Belum sempat Fatimah turun dari ranjangnya, handphone
Fatimah bergetar ,Ia langsung membuka
handphonenya. Fatimah pun membaca pesan singkar dari Bundanya. ” Assalamu'alaikum, Fatimah…Jaga diri ya,
bunda sama Ayah baru akan pulang ke rumah 3bulan lagi. Bunda sudah meminta
tolong kepada Bibi Imah agar menjaga kamu sampai Bunda dan Ayah
kembali ke rumah. Bunda minta maaf ya Fat, Bunda dan Ayah sayang sekali sama
Fatimah. Jangan bersedih yaNak,Wassalamu'alaikum”itulah isi pesan dari Bunda Fatimah yang membuat air mata Fatimah mengalir
di pipinya.”Bunda…Fatimah kesepian,Fatimah ingin Bunda dan Ayah selalu berada
di samping Fatimah”Ucap Fatimah lirih sambil menggenggam handphonenya. Ia tak
peduli jika air matanya terus membasahi
handphonenya. Oh iya…Bibi Imah adalah pembantu di rumah Fatimah, keluarga
Fatimah jarang memanggil pembantu dengan sebutan ‘’mbak atau bude’’ mereka
lebih suka memanggil dengan sebutan “BIBI” Karena bagi mereka sebutan itu
membuat mereka dengan pembantu di rumah mereka menjadi lebih akrab. Karena
kelelahan menangis akhirnya Fatimah dapat tertidur dengan pulas.
Keesokan
harinya, ayam tetangga Fatimah berkokok sangat keras hingga membuat Fatimah
terbangun dari mimpinya.”Masya Allah,, jam setengah 6, aku kesiangan sholat
subuh !”ucap Fatimah terkejut ketika melihat jam dindingnya. Fatimah pun segera beranjak
dari tempat tidurnya dan berlari kecil untuk mengambil air wudhu. Setelah usai
Ia mengambil air wudhu , segera Fatimah mendirikan sholat subuh. Sholat subuh
dua rokaat pun telah usai Fatimah kerjakan, kini Fatimah menyempatkan membaca
Al-Qur’an walau hanya sedikit. Setelah selesai melantunkan ayat-ayat suci
Al-Qur’an Fatimah segera bergegas untuk mandi. Sementara Bibi Imah pun menyiapkan
sarapan untuk Fatimah, setelah selesai mandi Fatimah pun segera menuju meja
makan dan memakan sarapannya.”Makasih ya Bi”ucap Fatimah sambil tersenyum
kepada Bibi Imah.”Iya , kembali kasih Non”Jawab Bibi Imah dengan lembut.”Non
kalau sudah selesai sarapan Pak.Anto sudah siap mengantar Non Fatimah ke
sekolah”lanjut Bibi Imah sambil menunjuk ke luar jendela.”Tak usah Bi, Fatimah
sebentar lagi di jemput Zainab Bi, Fatimah akan berangkat ke sekolah bersamanya”jelas Fatimah sambil meneguk segelas susu. Baru saja Fatimah menjelaskan
kepada Bibi Imah, suara Zainab mengucapkan salam pun terdengar ke telinga
Fatimah dan Bibi Imah. Tanpa di minta Fatimah , Bibi Imah pun langsung
mempersilakan Zainab untuk masuk menemui Fatimah.”Silakan masuk Dik Zainab”ucap
Bibi Imah mempersilakan dengan ramah.”Oh…Iya Bi, terimakasih”jawab Zainab
sambil tersenyum, dan Zainab pun melangkahkan kakinya untuk menemui Fatimah yang
sedang berada di meja makan.”Sarapan dulu Nab!”ajak Fatimah ketika melihat
Zainab.”Nggak Fat, makasih. Saya sudah sarapan”jawab Zainab sambil
malu-malu.”Ya udah ayo kita berangkat!”ujar Fatimah sambil menggendong tas
punggungnya. Setelah itu pun Fatimah dan Zainab segera berpamitan kepada Bibi
Imah dan Pak Anton.
Sesampainya
Fatimah dan Zainab di halaman sekolah mereka, Fatimah pun selalu memperhatikan
tulisan di depan pagar sekolah yang bertuliskan ‘’SMP ASYIFA” entah mengapa
Fatimah selalu ingin melihat tulisan itu dan tak pernah bosan memandangi
tulisan itu. Sebenarnya hanya tulisan biasa saja , tetapi bagi Fatimah itu
bukan lah tulisan biasa, karena tulisannya itu mengingatkan Fatimah kepada
sesosok manusia yang pernah Ia sayangi karena Ia anggap sebagai "Kakak".
Kita kembali
kemasa lalu Fatimah dulu yah……………
Saat Fatimah duduk di bangku sekolah
dasar , Ia dipertemukan dengan sesosok manusia yang bisa mengerti Fatimah. Saat
itu Fatimah baru kelas 4. Dan sosok manusia ini adalah seorang guru baru yang
bernama Reza. Di SD Fatimah dahulu seorang guru itu dipanggil dengan sebutan
‘’Ustadz” bagi guru laki-laki dan “Ustadzah”bagi guru perempuan. Masih teringat
jelas di memori Fatimah bagaimana saat-saat 3 tahun sebelum Fatimah lulus. Pada
saat itu Fatimah mengikuti lomba antar kelas yaitu lomba Tahfidz ( hafalan
Al-Qur’an ) yang ada di benaknya hanya lah ingin menunjukkan kepada semua guru
yang ada di sekolah itu bahwa Ia bisa menjadi yang terbaik diantara teman-temannya dalam hafalan Al-Qur’an.
Karena Ia tak mau dianggap sebagai seorang anak yang nakal dan seorang anak yang
bisanya hanya membuat onar saja dan bahkan Ia dibenci hampir semua orang yang
ada di sekolah itu. Tapi ternyata harapan itu pun musnah, Ia tak diikutkan
dalam lomba ini. Kala itu Fatimah hanya dapat merasakan kesedihan dan Ia hanya
bisa berjalan bolak-balik di depan pintu TU ( Tata Usaha ) sambil melihat dari
kejauhan teman-temannya yang diperbolehkan mengikuti lomba tahfidz itu. Saat
Fatimah berjalan bolak-balik Ia melihat Ustadz Reza yang memperhatikan dirinya,
sesekali Ia mencuri pandang dengan Ustadz Reza. Dan entah bagaimana lagi Ustadz
Reza ternyata mengajar di kelas Fatimah, Ia mengajar dalam mata pelajaran
Tahfidz dan Bahasa Arab. “Ustadz ngajar di kelas ini?”Tanya Fatimah saat melihat Ustadz Reza di
tangga depan kelasnya. “Iya”jawab Ustadz Reza singkat sambil tersenyum kepada Fatimah, dan entah mengapa pada saat itu pun Fatimah merasa sangat nyaman ketika berada di dekat Ustadz Reza.
Ketika sedang sedih dan bahagia pun Fatimah selalu bercerita dengan Ustadz
Reza, sampai-sampai Fatimah juga bercerita jika Ia menyukai seorang cowok. Disetiap
curhatan Fatimah, Ustadz Reza pun selalu memberi masukan dan solusi kepada
Fatimah, yang membuat hati Fatimah semakin nyaman dan tak ada kegelisahan
sedikit pun. Tetapi kedekatan Fatimah terhadap Ustadz Reza ditentang oleh warga
sekolah, mereka semua tak menyukai bila Ustadz Reza dan Fatimah selalu bersama.
Hingga akhirnya Fatimah benar-benar terpaksa untuk menjauh dari Ustadz Reza karena teman
sekelas Fatimah ada yang tak menyukai kedekatan Fatimah dan Ustadz Reza, malah
justru dapat dikatakan orang ini merasa iri terhadap Fatimah. Maka dari itu kini
Fatimah pun menjauh dan orang inilah yang justru dengan sangat mudahnya dapat
selalu berada di samping Ustadz Reza.
Ketika hujan deras, Fatimah pun
hanya dapat menatap langit yang mendung sambil mengingat-ingat masa lalunya
bersama Ustadz Reza. Saat itu hati Fatimah terasa sakit dan Ia pun tak dapat lagi membendung lagi air matanya. Memorinya pun masih mengingat masa lalu. Fatimah
pun melampiaskan itu semua dengan menuliskan puisi, tangannya seolah terus
menulis dengan lancar bagaikan aliran air, sedangkan matanya tak pernah kering
untuk meneteskan air mata. Ditemani tumpahan air dari langit dan gelegar petar
Fatimah terus menulis, tanpa Ia menghiraukan ketakutannya terhadap petir.
Saat Fatimah mulai terbiasa hidup
tanpa ada Ustadz Reza, Fatimah pun terkena kasus yang sangat menguras tenaga
dan fikirannya dan membuat Fatimah sangat terpuruk. Fatimah dituduh mencuri kacamata temannya yang bernama Syifa. Pada
waktu itu Fatimah pun sedang mengalami menstruasi dan Ia tak biasanya jika haid
berada di dalam kelas, pada saat semua orang sedang sholat di aula. Setelah
teman-teman Fatimah usai sholat ashar, mereka segera berlarian menuju kelas
mereka, dan saat itu Fatimah langsung ditanya teman-temannya tentang keberadaan
kaca mata Syifa.”Fat, kamu tau kaca mata Syifa nggak?”Tanya Tasya sambil mencari kaca mata Syifa.”Aku gak
tau tuh, memangnya tadi kamu taruh di mana kaca matanya Syif?”Tanya Fatimah langsung
kepada Syifa.”Disini”jawab Syifa sambil menunjuk lacinya. Fatimah pun memeriksa
laci Syifa, pada saat ikut mencari Fatimah pun merasa jantungnya
berdebar-debar sangat kencang karena Ia mempunya firasat yang buruk tentang ini
semua. Benar saja, setelah mencari kaca mata itu , Fatimah pun dipanggil oleh
Ustadzahnya. Fatimah pun disidang akan kejadian yang sangat aneh itu. Akhirnya
beberapa nama terseret ke dalam kasus ini, ada tiga nama yang terseret di dalam
kasus ini, tak terkecuali teman Fatimah yang iri hatinya kepada Fatimah dan
Ustadz Reza. Sampai Ustadzah Inah pun pernah berkata kepada Fatimah.”Kamu mau
menyelesaikan kasus ini sendiri atau mau saya bantu?”Tanya nya pada
Fatimah.”Saya mau dibantu Ustadzah”jawab Fatimah sambil menagis sesenggukan. “Kamu
saya kasih waktu 7hari untuk membuktikan jika kamu tidak bersalah”ujar Ustadzah
Inah sambil menatap mata Fatimah dengan tajam.”Jika tidak , maka kamu harus
menerima apa pun resikonya”lanjut Ustadzah Inah lagi. Tanpa menjawab apa pun
Fatimah pun keluar dari ruang kantor, dan Ia segera berlari menuju kelasnya.
Sesampainya di dalam kelas, Fatimah pun tidak melihat ada orang satu pun yang berada di dalam kelasnya dan Ia pun segera menutup pintu dan menangis
sesenggukan.Di dalam hatinya , Ia
lelah jika terus dipanggil terus-menerus seperti ini, ingin rasanya Fatimah memberitahukan
kepada Orang tuanya, namun hati Fatimah pun merasa takut jika bercerita, Ia tak tak
mau membuat Orang tuanya bersedih dan selalu menghawatirkan Fatimah di sekolah.
Di dalam kelas ini Fatimah hanya terus menangis dan selalu membaca istighfar.
Saat Fatimah melihat jam, Ia segera menghapus air matanya dan mencuci muka.
Agar jika nanti Ia dijemput oleh Ayahnya, Ia tak mau terlihat sedih di depan
Orang tuanya, Ia bertekad ingin menyelesaikan masalah nya dengan caranya
sendiri.
Di dalam benaknya Fatimah sangat
bingung akan keadaan ini, Ia selalu bertanya-tanya mengapa tiga orang temannya yang
lain tak pernah disidang terus menerus seperti dirinya? Itulah pertanyaan
Fatimah yang sangat menjanggal di hatinya. Tak terasa waktu 7hari yang
diberikan oleh Ustadzahnya kini pun usai, Fatimah dipanggil kembali dan
Ustadzahnya pun mengancam“Kalau kamu tidak mengaku, kamu akan dihukum
fisik Fat, sekarang kita bawa kamu ke kamar mandi”ucap Ustadzah Inah, “Tapi Us,
saya nggak mencuri kaca mata itu”jawab Fatimah dengan bergetar. Itulah salah
satu kata Ustadzah Inah yang masih sangat melekat di fikiran dan hati Fatimah.
Akhirnya hukuman itu pun tak bisa dielak oleh Fatimah dan Fatimah pun segera berlari kembali ke
dalam kelasnya, namun saat Fatimah hendak masuk ke dalam kelasnya, Ia melihat
Ustadz Reza yang sedang memberi pelajaran tambahan kepada murid didiknya. Saat
itu juga Fatimah tak jadi masuk ke dalam kelas, namun saat itu juga Ustadz Reza
pun memanggil Fatimah, dan tinggalah Fatimah dan Ustadz Reza di dalam
kelas.”Fat, kamu benar mencuri kaca mata itu?”Tanya Ustadz Reza tanpa basa-basi kepada Fatimah .”Ndak Tadz. Saya sama sekali nggak mencurinya.”jawab Fatimah
sambil terisak. Saat itu lah kedekatan Ustadz Reza dan Fatimah mulai akur
kembali, di benak Fatimah Ia ingin menjadi Adik Ustadz Reza. Ia ingin sekali
mempunya seorang Kakak, dan setelah ada Ustadz Reza , Fatimah pun ingin Ustadz
Reza menjadi Kakaknya.
Hingga akhirnya berita Fatimah
yang dituduh mencuri kaca mata Syifa pun sampai juga ketelinga Orang tua
Fatimah, dan ketika Ayah Fatimah menjemput Fatimah, Ia sedang disidang kembali
oleh Ustadzahnya. Sontak saat itu juga Ayah Fatimah marah kepada Ustadz dan
Ustadzah Fatimah ketika melihat Fatimah berlinangan air mata.
Entah bagaimana lagi , tiba-tiba
saja masalah itu kelar dengan sendirinya walaupun terkadang Fatimah masih
sering dibuli, namun tetap Fatimah sama sekali tak pernah punya teman dan Ia
seperti di asingkan oleh teman-temannya maupun Ustadz dan Ustadzahnya.
Saat hampir perpisahan kelas 6
SD, saat itu Fatimah sedang berada di dalam kelasnya tanpa ditemani seorang pun. Ia sedang
asyik menulis puisi di bukunya. Tiba tiba saja……
Ustdz Reza masuk dan sudah berada di depan Fatimah tanpa disadari oleh Fatimah, Ustadz Reza pun memberikan
kardus yang berisi snack untuk camilan Fatimah, tetapi Fatimah pun tak langsung
memakannya, walaupun perutnya sudah sangat keroncongan. “Fat saya mau meminta
sesuatu boleh ?”pinta Ustadz Reza sambil mendekati tubuh Fatimah.”Iya Tadz,
apa?”Tanya Fatimah sambil sedikit malu-malu. “ Kamu mau gak jadi Adik buat
saya?”Tanya Ustadz Reza sambil menatap tajam mata Fatimah, entah apa yang
difikirkan Fatimah pada saat itu, karena Ia pun juga tak tahu apa yang sedang
Ia fikirkan. Yang jelas Fatimah pun tak menyangka akan perkataan Ustadz Reza dan Ia merasa senang karena permintaan Ustadz
Reza. “Iya tadz, mau”jawab Fatimah sambil menganggukkan kepalanya. “Tapi jika
kamu bilang ke orang lain anggap saja kita tak pernah bertemu dan jangan
berharap lagi kita akan dapat bertemu kembali.Janji?”ucapnya lagi sambil
mengangkat kelingkingnya. “Iya janji Tadz”jawab ku sambil mengangkat juga jari
kelingking ku. “Lho.. kok manggilnya masih Tadz?”Tanya nya lagi sambil mengelus
kepala ku. Aku pun hanya tersenyum. Saat setelah perbincangan itu usai, Ustadz
Reza pun memeluk Fatimah dengan erat, sampai-sampai Fatimah pun hampir tak
dapat bernafas.
Hari-hari berlalu, bulan demi
bulan pun jua berlalu. Hubungan Fatimah dengan Ustadz Reza semakin tak karuan.
Kini Ustadz Reza pun pergi meninggal Fatimah, satu katanya yang pernah tidak dapat dilupakan oleh Fatimah, saat Ustadz Reza berkata”jangan panggil aku
dengan sebutan kakak lagi , karena aku bukan kakak mu!"saat itu Fatimah tak
lagi menghubungi Ustadz Reza.Dalam benak Fatimah, Ia tak pernah merasa menyesal
karena bertemu dengan Ustadz Reza, malah justru,, perasaan sayangnya terhadap
Ustadz Reza belum sempurna hilang.
Karena sekolah Fatimah bernama
SMP SYIFA, Fatimah pun mengingat akan hal itu semua, terkadang Fatimah pun
merasa sangat sedih. “Hey !”ucar Zainab sambil menepuk pundak Fatimah dengan tiba-tiba. Fatimah pun
merasa terkejut,”Kamu kenapa sih, selalu memandang tulisan SMP kita dan selalu saja
menesteskan air mata?”Tanya Zainab heran.”Taka da apa-apa Nab”jawab Fatimah
sambil menghapus air matanya yang tak Ia sadari jatuh di pipinya.
Saat Fatimah dan Zainab melewati
papan mading, mereka tak sengaja membaca pengumuman bahwa ada acara perkemahan
di Puncak, setelah membaca pengumuman itu Fatimah dan Zainab sangat bergembira
dan mereka berlari mencari Zahro. Setelah mereka menemukan Zahro mereka
menceritakan apa yang mereka baca tadi di papan mading. “Zah, tadi kita habis
baca pengumuman di mading lho…”ucap Zainab semangat.”Apa itu?”Tanya Zahra
penasaran.”Sekolah kita akan mengadakan kemah di daerah Puncak”jawab Fatimah
sambil tersenyum.”Waw,,,keren…! Kita nanti berkemah bersama ya,,”jawab Zahra
sambil melompat kegirangan.”Kapan ?”Tanya Zahra lagi.”Besok,jadi malam ini kita
harus bersiap-siap, dan jangan sampai ada barang kita yang tertinggal”jawab Zainab
sambil meneguk es Zahro”Oke deh…”jawab Zahro tersenyum.
Malam harinya Fatimah pun sibuk
mempersiapkan barang-barangnya yang akan dibawa, namun tiba-tiba saja Bibi Imah
datang menghampiri Fatimah.”Non, ini obatnya jangan lupa dibawa dan
diminum ya Non!”ucap Bibi Imah mengingatkan kepada Fatimah sambil memberikan obat kepada Fatimah. Langsung
saja Fatimah pun memasukkan obatnya ke dalam tasnya. Dan setelah Fatimah usai
berbenah, Ia pun segera tertidur dan masuk ke alam mimpinya.
Keesokan harinya, Fatimah pun
segera sarapan dan berpamitan kepada Bibi Imah,”Bi, Fatimah berangkat dulu ya,
Do’akan Fatimah supaya Fatimah baik-baik saja dan dapat bertemu kembali dengan
Bibi. Assalamu’alaikum”ujar Fatimah sambil mencium tangan Bibi Imah.”Aduh Non,
kok bilangnya seperti itu, seperti mau pergi jauh saja Non.Hati-hati ya Non, Wa’alaikumsalam”jawab Bibi Imah sambil menahan tangisnya, seperti benar-benar
akan ditinggal Fatimah saja. Fatimah pun hanya tersenyum dan Ia segera naik ke
dalam mobil. Sesampainya Fatimah di depan gerbang sekolah, Ia pun juga
berpamitan kepada Pak Anto seperti yang disampaikan Fatimah kepada Bibi Imah.
Saat Fatimah keluar dari mobil,
Ia segera ditarik oleh kedua sahabatnya , yaitu Zainab dan Zahro.Mereka segera
menaiki Bus Pariwisata. Kini setelah semua anak sudah menaiki Bus, Bus
Pariwisata pun segera beranjak pergi meninggalkan halaman sekolahnya. Selama di
perjalanan air mata Fatimah pun jatuh dengan sendirinya. Dan Ia pun semakin
menguatkan genggaman tangannya, seakan Ia ketakutan.
Setelah berada di tempat tujuan hawa dingin pun menusuk tulang Fatimah,Zainab,dan Zahro. Akhirnya mereka pun segera membuat tenda mereka, dan mereka pun segera
beristirahat. Tetapi sebelum Fatimah beristirahat, Ia pun meminum obatnya.
Tanpa sepengetahuan Fatimah , Zahro dan Zainab pun melihat Fatimah yang sedang
meminum obatnya.”Fat, kamu sakit ya?”Tanya Zainab ketika melihat Fatimah membereskan
obatnya.”Ah….”jawab Fatimah gugup.”Fat, cerita saja lah pada kita. Kita kan
juga sahabat kamu”pinta Zahro sambil mendekati tubuh Fatimah.”Emb… Aku,, aku
sakit…. Sakit… kan.... kanker otak Nab, Zah”jawab Fatimah sambil terbata-bata. Seketika itu pun Zainab dan Zahro membelalakkan matanya dan berteriak "Apa!!" teriak mereka berdua sambil meneteskan air matanya."Kenapa kamu tak memberitahukan kepada kita dari dulu?" tanya Zahro dengan suara yang bergetar."Aku ......" jawaban Fatimah pun terputus, Ia tak tahan lagi untuk menahan air matanya. Melihat Fatimah menangis tersedu-sedu akhirnya Zainab dan Zahro pun memeluk tubuh Fatimah dengan erat,dan kini mereka bertiga pun menangis bersama.
Saat mereka masih berpelukan, tiba-tiba saja mereka mendengar suara Bapak Guru mereka"Ayo anak-anak! Sekarang berkumpul, bukan saatnya santai-santai!"ucap Bapak Guru Fatimah yang bernama Pak Han dengan suara yang lantang dan keras.Dalam sekejap mereka pun segera mengusap air matanya dan bergegas memakai sepatu mereka dan berkumpul di tempat Pak Han."Apakah semua sudah berkumpul?"tanya Pak Han memastikan"Sudah Pak!"jawab semua siswa dan siswi SMP ASYIFA dengan lantang dan serempak."Kini kita akan belajar untuk menguji nyali kita"ucap Pk.Han dengan sangat serius.Dalam sekejap ketakutan menghapiri, jantung berdetak dengan kencang dan keringat dingin pun mulai bercucuran.
Saat malam tiba Pak Han pun mengumpulkan semua siswa dan siswi SMP ASYIFA."Anaka-anak, sekarang Bapak akan membagi kelompok"ucap Pak Han sambil memandangi wajah-wajah muridnya."Zahro,Fatimah,dan Zainab berkumpul menjadi satu kelompok. Dan kalian di tempatkan di atas bukit"lanjut Pak Han sambil menunjuk bukit. Setelah mendengar aba-aba dari Pak Han, Zahro, Fatimah, dan Zainab pun segera mengikuti langkah Pak Anto untuk naik ke atas bukit.
Sesampainya mereka di atas bukit, Pak Anto pun meninggalkan mereka dan bergegas kembali turun."Masya Allah.....dinginnya!"ucap Zainab sambil menggosok-nggosokkan kedua tangannya."Ini jaket Nab, pakai lah"ujar Fatimah sambil memberikan jaket nya kepada Zainab."Tidak usah, kamu pakai saja Fat" jawab Zainab sambil tersenyum." Eh...ini bukannya malam jum'at ya?"tanya Zahro tiba-tiba"Iya.. betul ini malam jum'at!"jawab Zainab sambil menatap Fatimah."Ya sudah kalau begitu nanti pertengahan malam kita sholat tahajud dan membaca Al-Qur'an saja!"usul Fatimah.Mendengar usulan Fatimah, Zahro dan Zainab pun hanya menganggukkan kepala saja pertanda setuju.
Jam tangan Zainab menunjukkan jam 12 malam, semakin larut malam Zainab pun merasa ketakutan. Apalagi malam semakin sunyi dan suara binatang membuas menambah ketakutan Zainab."Nab, sholat saja Yuk!"ajak Fatimah sambil berusaha membangunkan Zahro dari alam mimpinya."Setuju, ayo!"jawab Zainab, sambil bergegas mencari air wudhu di mata air."Zah, ayo bangun!"ucap Fatimah sambil mengguncang-ngguncangkan tubuh Zahro."Iya Fat"jawab Zahro malas, sambil berdiri dari tempat tidurnya. Dan Zahro pun mengikuti Zainab mengambil air wudhu, sementara Fatimah pun menyiapkan mukena. Selesainya Zahro dan Zainab berwudhu, mereka pun segera menunaikan sholat tahajud berjama'ah, dan Fatimah pun menunjuk Zahro untuk menjadi imam.
Saat sholat tahajud telah usai, mereka segera mengambil mushaf meraka masing-masing dan memulai membaca Al-Qur'an, namun tak menunggu lama tiba-tiba saja Fatimah mencium Al-Qur'annya dan bersujud. Zahro dan Zainab segera menghentikan mengaji, dan memandangi Fatimah."Zah, udah 10 menit Fatimah tak juga bangun dari sujudnya"ujar Zainab khawatir, mendengan perkataan Zainab, Zahro pun memberanikan diri untuk membangunkan tubuh Fatimah"Innalillahiwainnailaihiroji'un!!" ucap Zahro kettika melihat tubuh Fatimah pucat,mulunya pun tersenyum, dan suhu tubuhnya dingin, Sontak saat itu Zainab segera berlari ke bawah bukit untuk memangil Bapak dan juga Ibu guru mereka."Bu....Fatimah Bu!" teriak Zainab sambil menunjuk ke arah bukit. Mendengar ucapan dari Zainab Ibu guru Zainab pun segera berlari menuju bukit, dan Beliau pun terlihat sangat syok dan panik ketika melihati tubuh Fatimah kaku dan pucat. Melihat itu, Bapak guru pun segera menelephon kedua orang tua Fatimah,sedangkan Ibu guru pun menanyakan kejadian yang sebenarnya kepada Zahro dan Zainab. Dan kini mereka semua mengerti ucapan Fatimah saat mengucapkan "Ini akan menjadi kenangan terakhir untuk kita"
Air mata dari teman-teman dan juga Guru-guru Fatimah pun bercucuran air mata terlebih lagi orang tua,bibi,dan Pak sopir Fatimah. Tak ketinggalan langit pun juga menangis saat menyaksikan pemakaman Fatimah."Selamat jalan sobat, semoga kamu berada di syurga" ujar Zainab dan Zahro bersamaan sambil terisak.
Saat malam tiba Pak Han pun mengumpulkan semua siswa dan siswi SMP ASYIFA."Anaka-anak, sekarang Bapak akan membagi kelompok"ucap Pak Han sambil memandangi wajah-wajah muridnya."Zahro,Fatimah,dan Zainab berkumpul menjadi satu kelompok. Dan kalian di tempatkan di atas bukit"lanjut Pak Han sambil menunjuk bukit. Setelah mendengar aba-aba dari Pak Han, Zahro, Fatimah, dan Zainab pun segera mengikuti langkah Pak Anto untuk naik ke atas bukit.
Sesampainya mereka di atas bukit, Pak Anto pun meninggalkan mereka dan bergegas kembali turun."Masya Allah.....dinginnya!"ucap Zainab sambil menggosok-nggosokkan kedua tangannya."Ini jaket Nab, pakai lah"ujar Fatimah sambil memberikan jaket nya kepada Zainab."Tidak usah, kamu pakai saja Fat" jawab Zainab sambil tersenyum." Eh...ini bukannya malam jum'at ya?"tanya Zahro tiba-tiba"Iya.. betul ini malam jum'at!"jawab Zainab sambil menatap Fatimah."Ya sudah kalau begitu nanti pertengahan malam kita sholat tahajud dan membaca Al-Qur'an saja!"usul Fatimah.Mendengar usulan Fatimah, Zahro dan Zainab pun hanya menganggukkan kepala saja pertanda setuju.
Jam tangan Zainab menunjukkan jam 12 malam, semakin larut malam Zainab pun merasa ketakutan. Apalagi malam semakin sunyi dan suara binatang membuas menambah ketakutan Zainab."Nab, sholat saja Yuk!"ajak Fatimah sambil berusaha membangunkan Zahro dari alam mimpinya."Setuju, ayo!"jawab Zainab, sambil bergegas mencari air wudhu di mata air."Zah, ayo bangun!"ucap Fatimah sambil mengguncang-ngguncangkan tubuh Zahro."Iya Fat"jawab Zahro malas, sambil berdiri dari tempat tidurnya. Dan Zahro pun mengikuti Zainab mengambil air wudhu, sementara Fatimah pun menyiapkan mukena. Selesainya Zahro dan Zainab berwudhu, mereka pun segera menunaikan sholat tahajud berjama'ah, dan Fatimah pun menunjuk Zahro untuk menjadi imam.
Saat sholat tahajud telah usai, mereka segera mengambil mushaf meraka masing-masing dan memulai membaca Al-Qur'an, namun tak menunggu lama tiba-tiba saja Fatimah mencium Al-Qur'annya dan bersujud. Zahro dan Zainab segera menghentikan mengaji, dan memandangi Fatimah."Zah, udah 10 menit Fatimah tak juga bangun dari sujudnya"ujar Zainab khawatir, mendengan perkataan Zainab, Zahro pun memberanikan diri untuk membangunkan tubuh Fatimah"Innalillahiwainnailaihiroji'un!!" ucap Zahro kettika melihat tubuh Fatimah pucat,mulunya pun tersenyum, dan suhu tubuhnya dingin, Sontak saat itu Zainab segera berlari ke bawah bukit untuk memangil Bapak dan juga Ibu guru mereka."Bu....Fatimah Bu!" teriak Zainab sambil menunjuk ke arah bukit. Mendengar ucapan dari Zainab Ibu guru Zainab pun segera berlari menuju bukit, dan Beliau pun terlihat sangat syok dan panik ketika melihati tubuh Fatimah kaku dan pucat. Melihat itu, Bapak guru pun segera menelephon kedua orang tua Fatimah,sedangkan Ibu guru pun menanyakan kejadian yang sebenarnya kepada Zahro dan Zainab. Dan kini mereka semua mengerti ucapan Fatimah saat mengucapkan "Ini akan menjadi kenangan terakhir untuk kita"
Air mata dari teman-teman dan juga Guru-guru Fatimah pun bercucuran air mata terlebih lagi orang tua,bibi,dan Pak sopir Fatimah. Tak ketinggalan langit pun juga menangis saat menyaksikan pemakaman Fatimah."Selamat jalan sobat, semoga kamu berada di syurga" ujar Zainab dan Zahro bersamaan sambil terisak.
Ayo Hidupkan Blogmu
BalasHapusDan Dapatkan Uang Dari Blogmu
Daftar Disini
Atau
Daftar Disini
Mau Penghasilan Lebih???
Daftar Disini
Mau Pulsa Gratis??? Bisa Juga
Daftar Disini
Kurang?
Daftar Disini
Masih Kurang Juga?
Daftar Disini
Pake Ini Juga Jika Kalian Blogger
Daftar Disini
Kunjungi Juga Blog Saya
BluestacksID || Run Android On Windows
Jika Ga Percaya???
PM Saya
bluestacksid@cek.pm