Rabu, 16 April 2014

Selamat Jalan Sobat

Kenangan Terakhir
Matahari pagi yang cerah menyelimuti Kota Banjarmasin, aroma tanah yang basah sangat mudah dikenali semua orang tak terkecuali Fatimah , setitik embun pagi di dedaunan membuat hati Fartimah semakin terasa damai. Di temani secangkir teh, Fatimah pun membaca bukunya yang baru saja Ia beli.
Ketika sedang asyik membaca bukunya , telepon rumahnya berdering. ”Kring,,,,,kring…..” suara telepon rumah Fatimah terdengar sangat nyaring.”Halo,Assalamu’alaikum?”ucap Fatimah ketika mengangkat gagang teleponnya.”Wa’alaikumsalam, bisa bicara dengan Fatimah?”jawab seseorang di ujung sana.”Iya, saya Fatimah.Dengan siapa ini?”jawab Fatimah dengan lembut.”Fat, ini aku Zainab.”jawab teman Fatimah yang bernama Zainab.”Oh… Kamu Nab, ada apa?”Tanya Fatimah.” Besok orang tua kamu sudah ada di rumah belum?”Tanya Zainab.”Belum Nab, ada apa?”Tanya Fatimah dengan penasaran. Memang Fatimah sering ditinggal kan kedua orang tuanya yang sedang bekerja , jika kedua orang tuanya sedang tugas ke luar kota tinggalah Fatimah di rumahnya sendirian.Karena Fatimah anak tuggal, jadi Ia sering merasakan kesepian. Upz,,…Kita lanjut ke perbincangan Fatimah dan Zainab.”Besok aku jemput kamu ya, saat mau berangkat sekolah”ajak Zainab sambil memberatkan suaranya.”Em….Boleh deh, tapi jangan terlalu pagi ya!”jawab Fatimah memperingatkan.”Oke deh bos….”jawab Zainab sambil tertawa kecil.”Wassalamu’alaikum”lanjut Zainab kemudian.”Wa’alaikumsalam”jawab Fatimah dengan lembut.
Pada malam harinya…. Fatimah sulit sekali untuk memejamkan matanya, hati kecilnya pun terasa gelisah hingga akhirnya Fatimah pun memutuskan untuk mengambil air wudhu dan membaca Al-Qur’an. Belum sempat Fatimah turun dari ranjangnya, handphone Fatimah bergetar ,Ia  langsung membuka handphonenya. Fatimah pun membaca pesan singkar dari Bundanya. ” Assalamu'alaikum, Fatimah…Jaga diri ya, bunda sama Ayah baru akan pulang ke rumah 3bulan lagi. Bunda sudah meminta tolong kepada Bibi Imah agar menjaga kamu sampai Bunda dan Ayah kembali ke rumah. Bunda minta maaf ya Fat, Bunda dan Ayah sayang sekali sama Fatimah. Jangan bersedih yaNak,Wassalamu'alaikum”itulah isi pesan dari Bunda Fatimah yang membuat air mata Fatimah mengalir di pipinya.”Bunda…Fatimah kesepian,Fatimah ingin Bunda dan Ayah selalu berada di samping Fatimah”Ucap Fatimah lirih sambil menggenggam handphonenya. Ia tak peduli jika air matanya terus  membasahi handphonenya. Oh iya…Bibi Imah adalah pembantu di rumah Fatimah, keluarga Fatimah jarang memanggil pembantu dengan sebutan ‘’mbak atau bude’’ mereka lebih suka memanggil dengan sebutan “BIBI” Karena bagi mereka sebutan itu membuat mereka dengan pembantu di rumah mereka menjadi lebih akrab. Karena kelelahan menangis akhirnya Fatimah dapat tertidur dengan pulas.
Keesokan harinya, ayam tetangga Fatimah berkokok sangat keras hingga membuat Fatimah terbangun dari mimpinya.”Masya Allah,, jam setengah 6, aku kesiangan sholat subuh !”ucap Fatimah terkejut ketika melihat jam dindingnya. Fatimah pun segera beranjak dari tempat tidurnya dan berlari kecil untuk mengambil air wudhu. Setelah usai Ia mengambil air wudhu , segera Fatimah mendirikan sholat subuh. Sholat subuh dua rokaat pun telah usai Fatimah kerjakan, kini Fatimah menyempatkan membaca Al-Qur’an walau hanya sedikit. Setelah selesai melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an Fatimah segera bergegas untuk mandi. Sementara Bibi Imah pun menyiapkan sarapan untuk Fatimah, setelah selesai mandi Fatimah pun segera menuju meja makan dan memakan sarapannya.”Makasih ya Bi”ucap Fatimah sambil tersenyum kepada Bibi Imah.”Iya , kembali kasih Non”Jawab Bibi Imah dengan lembut.”Non kalau sudah selesai sarapan Pak.Anto sudah siap mengantar Non Fatimah ke sekolah”lanjut Bibi Imah sambil menunjuk ke luar jendela.”Tak usah Bi, Fatimah sebentar lagi di jemput Zainab Bi, Fatimah akan berangkat ke sekolah bersamanya”jelas Fatimah sambil meneguk segelas susu. Baru saja Fatimah menjelaskan kepada Bibi Imah, suara Zainab mengucapkan salam pun terdengar ke telinga Fatimah dan Bibi Imah. Tanpa di minta Fatimah , Bibi Imah pun langsung mempersilakan Zainab untuk masuk menemui Fatimah.”Silakan masuk Dik Zainab”ucap Bibi Imah mempersilakan dengan ramah.”Oh…Iya Bi, terimakasih”jawab Zainab sambil tersenyum, dan Zainab pun melangkahkan kakinya untuk menemui Fatimah yang sedang berada di meja makan.”Sarapan dulu Nab!”ajak Fatimah ketika melihat Zainab.”Nggak Fat, makasih. Saya sudah sarapan”jawab Zainab sambil malu-malu.”Ya udah ayo kita berangkat!”ujar Fatimah sambil menggendong tas punggungnya. Setelah itu pun Fatimah dan Zainab segera berpamitan kepada Bibi Imah dan Pak Anton.
Sesampainya Fatimah dan Zainab di halaman sekolah mereka, Fatimah pun selalu memperhatikan tulisan di depan pagar sekolah yang bertuliskan ‘’SMP ASYIFA” entah mengapa Fatimah selalu ingin melihat tulisan itu dan tak pernah bosan memandangi tulisan itu. Sebenarnya hanya tulisan biasa saja , tetapi bagi Fatimah itu bukan lah tulisan biasa, karena tulisannya itu mengingatkan Fatimah kepada sesosok manusia yang pernah Ia sayangi karena Ia anggap sebagai "Kakak".

Kita kembali kemasa lalu Fatimah dulu yah……………

          Saat Fatimah duduk di bangku sekolah dasar , Ia dipertemukan dengan sesosok manusia yang bisa mengerti Fatimah. Saat itu Fatimah baru kelas 4. Dan sosok manusia ini adalah seorang guru baru yang bernama Reza. Di SD Fatimah dahulu seorang guru itu dipanggil dengan sebutan ‘’Ustadz” bagi guru laki-laki dan “Ustadzah”bagi guru perempuan. Masih teringat jelas di memori Fatimah bagaimana saat-saat 3 tahun sebelum Fatimah lulus. Pada saat itu Fatimah mengikuti lomba antar kelas yaitu lomba Tahfidz ( hafalan Al-Qur’an ) yang ada di benaknya hanya lah ingin menunjukkan kepada semua guru yang ada di sekolah itu bahwa Ia bisa menjadi yang terbaik diantara  teman-temannya dalam hafalan Al-Qur’an. Karena Ia tak mau dianggap sebagai seorang anak yang nakal dan seorang anak yang bisanya hanya membuat onar saja dan bahkan Ia dibenci hampir semua orang yang ada di sekolah itu. Tapi ternyata harapan itu pun musnah, Ia tak diikutkan dalam lomba ini. Kala itu Fatimah hanya dapat merasakan kesedihan dan Ia hanya bisa berjalan bolak-balik di depan pintu TU ( Tata Usaha ) sambil melihat dari kejauhan teman-temannya yang diperbolehkan mengikuti lomba tahfidz itu. Saat Fatimah berjalan bolak-balik Ia melihat Ustadz Reza yang memperhatikan dirinya, sesekali Ia mencuri pandang dengan Ustadz Reza. Dan entah bagaimana lagi Ustadz Reza ternyata mengajar di kelas Fatimah, Ia mengajar dalam mata pelajaran Tahfidz dan Bahasa Arab. “Ustadz ngajar di kelas ini?”Tanya Fatimah saat melihat Ustadz Reza di tangga depan kelasnya. “Iya”jawab Ustadz Reza singkat sambil tersenyum kepada Fatimah, dan entah mengapa pada saat itu pun Fatimah merasa sangat nyaman ketika berada di dekat Ustadz Reza. Ketika sedang sedih dan bahagia pun Fatimah selalu bercerita dengan Ustadz Reza, sampai-sampai Fatimah juga bercerita jika Ia menyukai seorang cowok. Disetiap curhatan Fatimah, Ustadz Reza pun selalu memberi masukan dan solusi kepada Fatimah, yang membuat hati Fatimah semakin nyaman dan tak ada kegelisahan sedikit pun. Tetapi kedekatan Fatimah terhadap Ustadz Reza ditentang oleh warga sekolah, mereka semua tak menyukai bila Ustadz Reza dan Fatimah selalu bersama. Hingga akhirnya Fatimah benar-benar terpaksa untuk menjauh dari Ustadz Reza karena teman sekelas Fatimah ada yang tak menyukai kedekatan Fatimah dan Ustadz Reza, malah justru dapat dikatakan orang ini merasa iri terhadap Fatimah. Maka dari itu kini Fatimah pun menjauh dan orang inilah yang justru dengan sangat mudahnya dapat selalu berada di samping Ustadz Reza.
        Ketika hujan deras, Fatimah pun hanya dapat menatap langit yang mendung sambil mengingat-ingat masa lalunya bersama Ustadz Reza. Saat itu hati Fatimah terasa sakit dan Ia pun tak dapat lagi membendung lagi air matanya. Memorinya pun masih mengingat masa lalu. Fatimah pun melampiaskan itu semua dengan menuliskan puisi, tangannya seolah terus menulis dengan lancar bagaikan aliran air, sedangkan matanya tak pernah kering untuk meneteskan air mata. Ditemani tumpahan air dari langit dan gelegar petar Fatimah terus menulis, tanpa Ia menghiraukan ketakutannya terhadap petir.
Saat Fatimah mulai terbiasa hidup tanpa ada Ustadz Reza, Fatimah pun terkena kasus yang sangat menguras tenaga dan fikirannya dan membuat Fatimah sangat terpuruk. Fatimah dituduh mencuri kacamata temannya yang bernama Syifa. Pada waktu itu Fatimah pun sedang mengalami menstruasi dan Ia tak biasanya jika haid berada di dalam kelas, pada saat semua orang sedang sholat di aula. Setelah teman-teman Fatimah usai sholat ashar, mereka segera berlarian menuju kelas mereka, dan saat itu Fatimah langsung ditanya teman-temannya tentang keberadaan kaca mata Syifa.”Fat, kamu tau kaca mata Syifa nggak?”Tanya  Tasya sambil mencari kaca mata Syifa.”Aku gak tau tuh, memangnya tadi kamu taruh di mana kaca matanya Syif?”Tanya Fatimah langsung kepada Syifa.”Disini”jawab Syifa sambil menunjuk lacinya. Fatimah pun memeriksa laci Syifa, pada saat ikut mencari Fatimah pun merasa jantungnya berdebar-debar sangat kencang karena Ia mempunya firasat yang buruk tentang ini semua. Benar saja, setelah mencari kaca mata itu , Fatimah pun dipanggil oleh Ustadzahnya. Fatimah pun disidang akan kejadian yang sangat aneh itu. Akhirnya beberapa nama terseret ke dalam kasus ini, ada tiga nama yang terseret di dalam kasus ini, tak terkecuali teman Fatimah yang iri hatinya kepada Fatimah dan Ustadz Reza. Sampai Ustadzah Inah pun pernah berkata kepada Fatimah.”Kamu mau menyelesaikan kasus ini sendiri atau mau saya bantu?”Tanya nya pada Fatimah.”Saya mau dibantu Ustadzah”jawab Fatimah sambil menagis sesenggukan. “Kamu saya kasih waktu 7hari untuk membuktikan jika kamu tidak bersalah”ujar Ustadzah Inah sambil menatap mata Fatimah dengan tajam.”Jika tidak , maka kamu harus menerima apa pun resikonya”lanjut Ustadzah Inah lagi. Tanpa menjawab apa pun Fatimah pun keluar dari ruang kantor, dan Ia segera berlari menuju kelasnya. Sesampainya di dalam kelas, Fatimah pun tidak melihat ada orang satu pun yang berada di dalam kelasnya dan Ia pun segera menutup pintu dan menangis sesenggukan.Di dalam hatinya , Ia lelah jika terus dipanggil terus-menerus seperti ini, ingin rasanya Fatimah memberitahukan kepada Orang tuanya, namun hati Fatimah pun merasa takut jika bercerita, Ia tak tak mau membuat Orang tuanya bersedih dan selalu menghawatirkan Fatimah di sekolah. Di dalam kelas ini Fatimah hanya terus menangis dan selalu membaca istighfar. Saat Fatimah melihat jam, Ia segera menghapus air matanya dan mencuci muka. Agar jika nanti Ia dijemput oleh Ayahnya, Ia tak mau terlihat sedih di depan Orang tuanya, Ia bertekad ingin menyelesaikan masalah nya dengan caranya sendiri.
      Di dalam benaknya Fatimah sangat bingung akan keadaan ini, Ia selalu bertanya-tanya mengapa tiga orang temannya yang lain tak pernah disidang terus menerus seperti dirinya? Itulah pertanyaan Fatimah yang sangat menjanggal di hatinya. Tak terasa waktu 7hari yang diberikan oleh Ustadzahnya kini pun usai, Fatimah dipanggil kembali dan Ustadzahnya pun mengancam“Kalau kamu tidak mengaku, kamu akan dihukum fisik Fat, sekarang kita bawa kamu ke kamar mandi”ucap Ustadzah Inah, “Tapi Us, saya nggak mencuri kaca mata itu”jawab Fatimah dengan bergetar. Itulah salah satu kata Ustadzah Inah yang masih sangat melekat di fikiran dan hati Fatimah. Akhirnya hukuman itu pun tak bisa dielak oleh Fatimah dan Fatimah pun segera berlari kembali ke dalam kelasnya, namun saat Fatimah hendak masuk ke dalam kelasnya, Ia melihat Ustadz Reza yang sedang memberi pelajaran tambahan kepada murid didiknya. Saat itu juga Fatimah tak jadi masuk ke dalam kelas, namun saat itu juga Ustadz Reza pun memanggil Fatimah, dan tinggalah Fatimah dan Ustadz Reza di dalam kelas.”Fat, kamu benar mencuri kaca mata itu?”Tanya Ustadz Reza  tanpa basa-basi kepada Fatimah .”Ndak Tadz. Saya sama sekali nggak mencurinya.”jawab Fatimah sambil terisak. Saat itu lah kedekatan Ustadz Reza dan Fatimah mulai akur kembali, di benak Fatimah Ia ingin menjadi Adik Ustadz Reza. Ia ingin sekali mempunya seorang Kakak, dan setelah ada Ustadz Reza , Fatimah pun ingin Ustadz Reza menjadi Kakaknya.
Hingga akhirnya berita Fatimah yang dituduh mencuri kaca mata Syifa pun sampai juga ketelinga Orang tua Fatimah, dan ketika Ayah Fatimah menjemput Fatimah, Ia sedang disidang kembali oleh Ustadzahnya. Sontak saat itu juga Ayah Fatimah marah kepada Ustadz dan Ustadzah Fatimah ketika melihat Fatimah berlinangan air mata.
Entah bagaimana lagi , tiba-tiba saja masalah itu kelar dengan sendirinya walaupun terkadang Fatimah masih sering dibuli, namun tetap Fatimah sama sekali tak pernah punya teman dan Ia seperti di asingkan oleh teman-temannya maupun Ustadz dan Ustadzahnya.
        Saat hampir perpisahan kelas 6 SD, saat itu Fatimah sedang berada di dalam kelasnya tanpa ditemani seorang pun. Ia sedang asyik menulis puisi di bukunya. Tiba tiba saja……  Ustdz Reza masuk dan sudah berada di depan Fatimah tanpa disadari oleh Fatimah, Ustadz Reza pun memberikan kardus yang berisi snack untuk camilan Fatimah, tetapi Fatimah pun tak langsung memakannya, walaupun perutnya sudah sangat keroncongan. “Fat saya mau meminta sesuatu boleh ?”pinta Ustadz Reza sambil mendekati tubuh Fatimah.”Iya Tadz, apa?”Tanya Fatimah sambil sedikit malu-malu. “ Kamu mau gak jadi Adik buat saya?”Tanya Ustadz Reza sambil menatap tajam mata Fatimah, entah apa yang difikirkan Fatimah pada saat itu, karena Ia pun juga tak tahu apa yang sedang Ia fikirkan. Yang jelas Fatimah pun tak menyangka akan perkataan Ustadz Reza dan Ia merasa senang karena permintaan Ustadz Reza. “Iya tadz, mau”jawab Fatimah sambil menganggukkan kepalanya. “Tapi jika kamu bilang ke orang lain anggap saja kita tak pernah bertemu dan jangan berharap lagi kita akan dapat bertemu kembali.Janji?”ucapnya lagi sambil mengangkat kelingkingnya. “Iya janji Tadz”jawab ku sambil mengangkat juga jari kelingking ku. “Lho.. kok manggilnya masih Tadz?”Tanya nya lagi sambil mengelus kepala ku. Aku pun hanya tersenyum. Saat setelah perbincangan itu usai, Ustadz Reza pun memeluk Fatimah dengan erat, sampai-sampai Fatimah pun hampir tak dapat bernafas.
      Hari-hari berlalu, bulan demi bulan pun jua berlalu. Hubungan Fatimah dengan Ustadz Reza semakin tak karuan. Kini Ustadz Reza pun pergi meninggal Fatimah, satu katanya yang pernah tidak dapat dilupakan oleh Fatimah, saat Ustadz Reza berkata”jangan panggil aku dengan sebutan kakak lagi , karena aku bukan kakak mu!"saat itu Fatimah tak lagi menghubungi Ustadz Reza.Dalam benak Fatimah, Ia tak pernah merasa menyesal karena bertemu dengan Ustadz Reza, malah justru,, perasaan sayangnya terhadap Ustadz Reza belum sempurna hilang.
        Karena sekolah Fatimah bernama SMP SYIFA, Fatimah pun mengingat akan hal itu semua, terkadang Fatimah pun merasa sangat sedih. “Hey !”ucar Zainab sambil menepuk pundak Fatimah dengan tiba-tiba. Fatimah pun merasa terkejut,”Kamu kenapa sih, selalu memandang tulisan SMP kita dan selalu saja menesteskan air mata?”Tanya Zainab heran.”Taka da apa-apa Nab”jawab Fatimah sambil menghapus air matanya yang tak Ia sadari jatuh di pipinya.
        Saat Fatimah dan Zainab melewati papan mading, mereka tak sengaja membaca pengumuman bahwa ada acara perkemahan di Puncak, setelah membaca pengumuman itu Fatimah dan Zainab sangat bergembira dan mereka berlari mencari Zahro. Setelah mereka menemukan Zahro mereka menceritakan apa yang mereka baca tadi di papan mading. “Zah, tadi kita habis baca pengumuman di mading lho…”ucap Zainab semangat.”Apa itu?”Tanya Zahra penasaran.”Sekolah kita akan mengadakan kemah di daerah Puncak”jawab Fatimah sambil tersenyum.”Waw,,,keren…! Kita nanti berkemah bersama ya,,”jawab Zahra sambil melompat kegirangan.”Kapan ?”Tanya Zahra lagi.”Besok,jadi malam ini kita harus bersiap-siap, dan jangan sampai ada barang kita yang tertinggal”jawab Zainab sambil meneguk es Zahro”Oke deh…”jawab Zahro tersenyum.
       Malam harinya Fatimah pun sibuk mempersiapkan barang-barangnya yang akan dibawa, namun tiba-tiba saja Bibi Imah datang menghampiri Fatimah.”Non, ini obatnya jangan lupa dibawa dan diminum ya Non!”ucap Bibi Imah mengingatkan kepada Fatimah sambil memberikan obat kepada Fatimah. Langsung saja Fatimah pun memasukkan obatnya ke dalam tasnya. Dan setelah Fatimah usai berbenah, Ia pun segera tertidur dan masuk ke alam mimpinya.
     Keesokan harinya, Fatimah pun segera sarapan dan berpamitan kepada Bibi Imah,”Bi, Fatimah berangkat dulu ya, Do’akan Fatimah supaya Fatimah baik-baik saja dan dapat bertemu kembali dengan Bibi. Assalamu’alaikum”ujar Fatimah sambil mencium tangan Bibi Imah.”Aduh Non, kok bilangnya seperti itu, seperti mau pergi jauh saja Non.Hati-hati ya Non, Wa’alaikumsalam”jawab Bibi Imah sambil menahan tangisnya, seperti benar-benar akan ditinggal Fatimah saja. Fatimah pun hanya tersenyum dan Ia segera naik ke dalam mobil. Sesampainya Fatimah di depan gerbang sekolah, Ia pun juga berpamitan kepada Pak Anto seperti yang disampaikan Fatimah kepada Bibi Imah.
       Saat Fatimah keluar dari mobil, Ia segera ditarik oleh kedua sahabatnya , yaitu Zainab dan Zahro.Mereka segera menaiki Bus Pariwisata. Kini setelah semua anak sudah menaiki Bus, Bus Pariwisata pun segera beranjak pergi meninggalkan halaman sekolahnya. Selama di perjalanan air mata Fatimah pun jatuh dengan sendirinya. Dan Ia pun semakin menguatkan genggaman tangannya, seakan Ia ketakutan.
       Setelah berada di tempat tujuan hawa dingin pun menusuk tulang Fatimah,Zainab,dan Zahro. Akhirnya mereka pun segera membuat tenda mereka, dan mereka pun segera beristirahat. Tetapi sebelum Fatimah beristirahat, Ia pun meminum obatnya. Tanpa sepengetahuan Fatimah , Zahro dan Zainab pun melihat Fatimah yang sedang meminum obatnya.”Fat, kamu sakit ya?”Tanya Zainab ketika melihat Fatimah membereskan obatnya.”Ah….”jawab Fatimah gugup.”Fat, cerita saja lah pada kita. Kita kan juga sahabat kamu”pinta Zahro sambil mendekati tubuh Fatimah.”Emb… Aku,, aku sakit…. Sakit… kan.... kanker otak Nab, Zah”jawab Fatimah sambil terbata-bata. Seketika itu pun Zainab dan Zahro membelalakkan matanya dan berteriak "Apa!!" teriak mereka berdua sambil meneteskan air matanya."Kenapa kamu tak memberitahukan kepada kita dari dulu?" tanya Zahro dengan suara yang bergetar."Aku ......" jawaban Fatimah pun terputus, Ia tak tahan lagi untuk menahan air matanya. Melihat Fatimah menangis tersedu-sedu akhirnya Zainab dan Zahro pun memeluk tubuh Fatimah dengan erat,dan kini mereka bertiga pun menangis bersama.
Saat mereka masih berpelukan, tiba-tiba saja mereka mendengar suara Bapak Guru mereka"Ayo anak-anak! Sekarang berkumpul, bukan saatnya santai-santai!"ucap Bapak Guru Fatimah yang bernama Pak Han dengan suara yang lantang dan keras.Dalam sekejap mereka pun segera mengusap air matanya dan bergegas memakai sepatu mereka dan berkumpul di tempat Pak Han."Apakah semua sudah berkumpul?"tanya Pak Han memastikan"Sudah Pak!"jawab semua siswa dan siswi SMP ASYIFA dengan lantang dan serempak."Kini kita akan belajar untuk menguji nyali kita"ucap Pk.Han dengan sangat serius.Dalam sekejap ketakutan menghapiri, jantung berdetak dengan kencang dan keringat dingin pun mulai bercucuran.
        Saat malam tiba Pak Han pun mengumpulkan semua siswa dan siswi SMP ASYIFA."Anaka-anak, sekarang Bapak akan membagi kelompok"ucap Pak Han sambil memandangi wajah-wajah muridnya."Zahro,Fatimah,dan Zainab berkumpul menjadi satu kelompok. Dan kalian di tempatkan di atas bukit"lanjut Pak Han sambil menunjuk bukit. Setelah mendengar aba-aba dari Pak Han, Zahro, Fatimah, dan Zainab pun segera mengikuti langkah Pak Anto untuk naik ke atas bukit.
            Sesampainya mereka di atas bukit, Pak Anto pun meninggalkan mereka dan bergegas kembali turun."Masya Allah.....dinginnya!"ucap Zainab sambil menggosok-nggosokkan kedua tangannya."Ini  jaket Nab, pakai lah"ujar Fatimah sambil memberikan jaket nya kepada Zainab."Tidak usah, kamu pakai saja Fat" jawab Zainab sambil tersenyum." Eh...ini bukannya malam jum'at ya?"tanya Zahro tiba-tiba"Iya.. betul ini malam jum'at!"jawab Zainab sambil menatap Fatimah."Ya sudah kalau begitu nanti pertengahan malam kita sholat tahajud dan membaca Al-Qur'an saja!"usul Fatimah.Mendengar usulan Fatimah, Zahro dan Zainab pun hanya menganggukkan kepala saja pertanda setuju.
               Jam tangan Zainab menunjukkan jam 12 malam, semakin larut malam Zainab pun merasa ketakutan. Apalagi malam semakin sunyi dan suara binatang membuas menambah ketakutan Zainab."Nab, sholat saja Yuk!"ajak Fatimah sambil berusaha membangunkan Zahro dari alam mimpinya."Setuju, ayo!"jawab Zainab, sambil bergegas mencari air wudhu di mata air."Zah, ayo bangun!"ucap Fatimah sambil mengguncang-ngguncangkan tubuh Zahro."Iya Fat"jawab Zahro malas, sambil berdiri dari tempat tidurnya. Dan Zahro pun mengikuti Zainab mengambil air wudhu, sementara Fatimah pun menyiapkan mukena. Selesainya Zahro dan Zainab berwudhu, mereka pun segera menunaikan sholat tahajud berjama'ah, dan Fatimah pun menunjuk Zahro untuk menjadi imam.
          Saat sholat tahajud telah usai, mereka segera mengambil mushaf meraka masing-masing dan memulai membaca Al-Qur'an, namun tak menunggu lama tiba-tiba saja Fatimah mencium Al-Qur'annya dan bersujud. Zahro dan Zainab segera menghentikan mengaji, dan memandangi Fatimah."Zah, udah 10 menit Fatimah tak juga bangun dari sujudnya"ujar Zainab khawatir, mendengan perkataan Zainab, Zahro pun memberanikan diri untuk membangunkan tubuh Fatimah"Innalillahiwainnailaihiroji'un!!" ucap Zahro kettika melihat tubuh Fatimah pucat,mulunya pun tersenyum, dan suhu tubuhnya dingin, Sontak saat itu Zainab segera berlari ke bawah bukit untuk memangil Bapak dan juga Ibu guru mereka."Bu....Fatimah Bu!" teriak Zainab sambil menunjuk ke arah bukit. Mendengar ucapan dari Zainab Ibu guru Zainab pun segera berlari menuju bukit, dan Beliau pun terlihat sangat syok dan panik ketika melihati tubuh Fatimah kaku dan pucat. Melihat itu, Bapak guru pun segera menelephon  kedua orang tua Fatimah,sedangkan Ibu guru pun menanyakan kejadian yang sebenarnya kepada Zahro dan Zainab. Dan kini mereka semua mengerti ucapan Fatimah saat mengucapkan "Ini akan menjadi kenangan terakhir untuk kita"
       Air mata dari teman-teman dan juga Guru-guru Fatimah pun bercucuran air mata terlebih lagi orang tua,bibi,dan Pak sopir Fatimah. Tak ketinggalan langit pun juga menangis saat menyaksikan pemakaman Fatimah."Selamat jalan sobat, semoga kamu berada di syurga" ujar Zainab dan Zahro bersamaan sambil terisak.